Chatting dengan menggunakan aplikasi pesan instan adalah cara yang cepat dan mudah untuk menjalin komunikasi antara orang yang satu dengan yang lainnya.
Meski begitu, kita disarankan untuk berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum mengetuk tanda “kirim” saat bertukar pesan dengan orang lain.
Pasalnya, kolom chat kadang-kadang dapat menyebabkan kesalahpahaman karena pesan yang dikirim bisa saja ditafsirkan berbeda oleh orang yang penerima pesan tersebut.
Jangan sampai karena typo, atau mungkin kurang satu kata, atau keliru menggunakan tanda baca dapat membuat chat yang dikirimkan dapat melukai hati atau membuat orang lain menjadi tersinggung.
Hindari hal ini ketika chatting
Ada sejumlah hal yang sebaiknya dihindari oleh seseorang ketika chattingan dengan orang lain supaya obrolan tidak menjadi melebar ke mana-mana.
Apa sajakah itu?
1. Chatting Terlalu Panjang
Tidak ada salahnya untuk mengirimkan pesan bernada lucu atau stiker nyeleneh ketika chatting membahas sesuatu hal bersama teman. Namun, percakapan ringan dengan teman ada baiknya dibatasi untuk beberapa hal.
Menurut konselor karier dan kesehatan mental yang berasal dari Michigan, AS, Kali Wolken, LMHC, kolom chat bukanlah tempat untuk ngobrol dalam jangka waktu yang lama secara berlarut-larut.
Ia menyatakan, disaat seseorang chattingan terlalu banyak maka bisa menghilangkan topik yang sebenarnya yang sedang mereka bahas.
Bagi Wolken, percakapan yang lebih serius alangkah baiknya jika dilakuan secara bertatap muka agar bisa dengan mudah menangkap maksud yang disampaikan oleh orang lain.
Dengan begitu, kita bisa meminimalisi akan terjadinya kemungkinan salah mengartikan sesuatu dan meminta penjelasan jika memang belum mengerti.
Wolken menambahkan, komunikasi nonverbal lebih berisiko dapat menyebabkan lebih banyak masalah yang muncul karena tidak memahami isi chat dari pengirim pesan.
2. Minta Putus
Pada suatu titik yang cukup sulit, sebagian orang justru mengambil keputusan untuk menyudahi suatu hubungan mereka hanya melalui chat. Dengan gampangnya mereka minta putus ke pasangannya tanpa harus bertemu terlebih dahulu untuk bertatap muka.
Jika ada diantara kita pernah melakukan hal tersebut, terapis berlisensi Haley Riddle LPCA menyarankan kepada kita agar tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.
Ia menegaskan, memutuskan suatu hubungan hanya melalui chat adalah sikap yang menyakitkan dan sikap itu tidak sopan. Selain itu, Riddle juga menambahkan, memutuskan hubungan lewat chat maka akan dilihat oleh penerima pesan sebagai hal yang informal dan inpersonal.
Namun, sebagian orang memilih mutusin pacarnya melalui chat dengan tujuan untuk menghindari konflik atau emosinya sendiri.
3. Nembak
Dengan aplikasi pesan instan memudahkan kita untuk melakukan banyak hal, mulai dari chatting, mengirim gambar atau video, hingga melakukan video call.
Akan tetapi, dengan segala kemudahan yang ada tersebut, kurang greget rasanya apabila masih ada orang yang nembak pasangannya hanya melalui chat.
Menurut terapis berlisensi, Chis Rabanera, LMFT, keinginan untuk jadian dengan orang yang dicintai sebaiknya diutarakan secara langsung di hadapan doi.
Dengan demikian, orang yang nembak bisa melihat reaksi yang ditunjukkan pujaan hatinya secara langsung. Nembak secara langsung juga dikatakan Rabanera menunjukkan orang ingin bersama sosok yang dicintainya tersebut.
4. “Terserah”
Sebagian dari kita mungkin saja pernah mengirimkan pesan dengan kata “terserah” karena sudah sangat frutasi. Tapi, pakar hubungan Aditya Kahsyap Mishra, memberi sarannya agar orang-orang tidak mengirimkan pesan seperti itu lagi.
Ia menyatakan bahwa dengan mengirimkan dua kalimat tersebut maka itu menandakan si pengirim pesan sudah tidak peduli lagi dengan topik yang dibahas ketika chattingan.
Terapis Heidi McBain, LMFT juga mengatakan kemarahan adalah emosi sekunder yang seharusnya tidak dibagikan ke orang lain melalui pesan chat. Ia beralasan jika cara ini justru tidak benar-benar membahas masalah apa yang sedang dibicarakan sebelumnya.
5. Meluapkan Emosi
Sejengkel atau semarah apa pun kita sebaiknya tetap menahan emosi diri sendiri supaya tidak meluapkannya ke kolom chat.
Menurut terapis Michael Morris, luapan kekecewaan, kemarahan, kebencian, atau ketakutan lebih baik diutarakan secara langsung engan bertatap muka atau melalui sambungan telepon.
Ia mengungkapkan, mengutarakan emosi pada saat chattingan justru bisa menyebabkan si penerima pesan menjadi terluka, terkejut, bahkan menjadi marah.
Bagi Morris, menjelaskan segala sesuatu yang dilakukan secara tatap muka akan menjadi pagar pembatas supaya kita tidak mengungkapkan kata-kata yang kasar bahkan menyakitkan.
Direktur eksekutif di Epiphany Wellness, Heather Wilson, LCSW juga meminta kepada kita untuk tidak mengirimkan pesan yang multitafsir pada saat chattingan. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya miskomunikasi atau ketersinggungan dengan si penerima pesan.