Pada masa pandemi COVID-19 seperti yang sekarang ini, seseorang lebih rentan mengalami masalah kesepian, mungkin karena pengaruh jaga jarak ataupun bekerja dari rumah. Hal ini kadang tidak disadari oleh seseorang dan menunjukkan sejumlah gejala khusus. Dewan Pembina Yayasan Kesehatan Mental Indonesia, Dra Nella Safitri Psi, menerangkan terkait kondisi kesepian dan juga gejalanya. Menurutnya, secara umum orang yang hubungan sosialnya terbatas terutama di masa pandemi COVID-19 bukan berarti orang tersebut kesepian. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang dikelilingi oleh teman yang begitu banyak, tidak jamin dia tidak merasa kesepian.
“Kesepian itu adalah kebutuhan connect yang tidak terpenuhi. Jadi, kalau kebutuhan itu terpenuhi oleh sekian banyak orang ya dia enggak akan merasa kesepian, tapi kalau sekelilingnya banyak orang tapi tidak memenuhi kebutuhan tersebut, ya akan merasa kesepian,” kata Nella dalam webinar di kanal YouTube Geriatri TV beberapa waktu lalu.
Nella menyampaikan contoh bahwa seseorang yang tampak humoris dan terlihat baik-baik saja juga bisa melalukan bunuh diri. Hal ini menunjukkan bahwa depresi bisa saja muncul tanpa ada seorang pun yang tahu.
Dari gejalanya, seseorang yang tengah kesepian bisa memunculkan kondisi khusus yang kadang ia sendiri tidak menyadarinya. Hal ini bisa memunculkan masalah tidur serta meningkatnya kebiasaan untuk belanja.
Gejala Kesepian
Nella mengatakan bahwa kesepian sering kali tidak disadari. Seseorang cenderung mendeskripsikan dirinya sedang mengalami suasana hati yang tidak baik atau bad mood. Padahal, kenyataannya dia sedang merasa kesepian. Sebenarnya ada beberapa tanda yang dapat menunjukkan kondisi seseorang sedang kesepian. Salah satunya adalah gelisah saat tidur atau sulit tidur.
“Lebih lelah daripada biasanya atau sulit tidur merupakan salah satu gejala kesepian yang sering terjadi,” kata Nella.
Sebaliknya, terlalu banyak tidur juga merupakan gejala kesepian. Namun, tidur di sini bukanlah tidur yang berkualitas melainkan tidur yang tidak dapat menghilangkan rasa lelah.
“Ini bukan berarti orang yang susah tidur pasti kesepian. Susah tidur juga bisa menandakan bahwa ada ketidakseimbangan dalam diri,” tegasnya.
Gejala Lainnya
Gejala lain dari kesepian adalah munculnya kebiasaan belanja yang meningkat. Orang yang kesepian dapat lebih sering belanja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
“Bagi orang yang kesepian, berbelanja adalah salah satu kompensasi karena tidak ada hubungan sosial atau mencari sesuatu untuk dilakukan,” ucapnya.
Meningkatnya kebiasaan belanja bukan hanya berbelanja langsung ke toko atau pasar, tapi termasuk belanja di toko-toko dalam jaringan (daring) atau belanja online.
“Belanja itu sama dengan melakukan sesuatu, walaupun yang dibeli bukan barang yang penting, pokoknya harus ada koneksi sosial. Dorongan belanja secara tiba-tiba dan langsung pesan itu sesuatu yang tidak wajar kecuali kalau sejak awal memang hobi belanja,” terang Nella.
Meningkatnya keinginan berbelanja apalagi secara besar-besaran itu perlu diwaspadai. Nella menjelaskan bahwa terapi belanja bagi yang suka belanja berlebih memang ada, tapi jika dilakukan terus-terusan maka bisa menimbulkan masalah baru terutama terkait masalah keuangan.