Kebahagiaan mungkin terdengar seperti sesuatu yang sederhana. Namun untuk mencapai kebahagian tersebut, rupanya bukanlah hal yang mudah. Apalagi dalam budaya kita, kebahagiaan kerap diidentikkan dengan pencapaian dan kesuksesan.
Selain itu, Psikoterapis Kogntif dan Ahli Kecemasan Niro Feliciano mengungkapkan bahwa kebahagiaan yang identik dengan hal-hal di atas bisa sulit dipertahankan karena memiliki sifat tidak konsisten.
Namun di sisi lain, Feliciano berpendapat bahwa ada kebahagiaan yang tidak didasarkan pada perolehan atau pencapaian, yaitu penghargaan atau kepuasan.
Artinya, kita bisa menjadi puas hanya dengan memahami setiap diri kita, di mana kita berada, dan apa yang kita miliki bisa jadi jalan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Nah berdasarkan pengalamannya, Feliciano menyimpulkan ada empat alasan mengapa seseorang sulit merasa bahagia, berikut daftarnya.
Sering membanding-bandingkan
Sulit rasanya merasa puas dengan kehidupan jika kita terus membandingkan hidup kita dengan hidup orang lain.
Apalagi, hampir semua orang memiliki kecenderungan membandingkan dirinya dengan orang yang telah mencapai kesuksesan yang lebih tinggi dari dirinya, bukan membandingkan dengan yang di bawahnya.
Menurut Feliciano, proses membanding-bandingkan ini akan menghasilkan ketidakpuasan dan ketidakbahagiaan. Sebab, kita merasa selalu kurang dari orang lain.
Namun, Feliciano mengatakan bahwa saat orang-orang yang hobi membandingkan itu menyadari ada yang hidup lebih sulit darinya, mereka mulai berpikir lebih positif. Lama kelamaan, mereka akan merasa bahwa hidupnya unik dan begitu berharga.
Tidak bertanggung jawab dan menyalahkan orang lain
Orang-orang yang sulit bertanggung jawab akan sulit menjalin hubungan dengan orang lain, terutama hubungan dekat yang penuh tantangan.
Orang-orang seperti ini biasanya tidak sadar kalau ia justru memicu situasi yang membuat dirinya sendiri merasa tidak bahagia. Dalam dunianya, mereka juga selalu merasa bahwa semua hal yang terjadi adalah salah orang lain.
Perspektif inilah yang membuat seseorang kerap merasa tidak berdaya untuk mengubah sisi negatifnya dan berujung tidak bahagia.
Tidak mau menerima kenyataan
Belajar menerima kenyataan dalam keadaan sulit bisa menjadi kunci untuk melalui momen tak diinginkan yang tak terduga.
Feliciano mengatakan bahwa kliennya banyak yang kesulitan menerima kenyataan dan mengatakan, “Mengapa ini terjadi padaku?” “Mengapa aku harus melaluinya?”
Padahal, tak ada jawaban memadai untuk pertanyaan seperti itu.
Untuk itu, Feliciano mengatakan bahwa sebaiknya kita mengatakan “Bagaimana aku bisa maju melewati ini semua?” atau “Apa yang bisa aku pelajari dari ini?” pada diri sendiri.
Menanyakan pertanyaan seperti itu akan membuat kita lepas dari negativitas dan lebih mudah menerima diri.
Mudah terdistraksi
Banyak orang yang mudah terdistraksi, sehingga apa yang ia pikirkan beralih dengan cepat dan terus bergantian. Padahal, hal ini bisa berujung pada kecemasan, penurunan produktivitas, dan kelelahan.