Stress eating bisa dialami banyak oleh siapa saja. Mengenali ciri-ciri dari stress eating sangatlah penting untuk mengetahui hubungan antara stress dengan makanan, hingga dapat menemukan cara untuk mengurangi stress eating tersebut.
Stress eating adalah kebiasaan makan atau makan berlebihan dengan maksud untuk menghilangkan stress atau kecemasan. Jadi, seseorang mengonsumsi makanan bukan karena rasa lapar, melainkan karena adanya dorongan stress.
Mengutip dari Cooking Light (26/40/2022), psikolog Dr. Rebecca Leslie mendefinisikan stress eating adalah respons seseorang terhadap keadaan emosi yang negatif.
“Mereka tidak makan dengan sadar atau bertujuan mengatasi lapar, tapi makan berdasarkan emosi,” tuturnya.
Dr. Leslie mengatakan ada dua penyebab utama seseorang berada dalam kondisi stress eating.
Pertama, makan menjadi distraksi dari kejadian stress yang sedang dialami.
Kedua, makan bisa menjadi waktu istirahat seseorang dari perasaan tertekan, terjebak, atau dikendalikan akibat stress.
Lalu soal hubungan antara stress dengan makan, kita perlu mengetahui dulu soal jenis stress. Ada dua jenis stress yaitu ‘eustress‘ dan ‘distress‘.
Eustress singkatnya adalah stress yang positif. Nama lainnya stress akut. Eustress ini sifatnya sementara dan tidak ekstrem. Miasalnya stress saat masuk mulai pertama kerja atau stress ketika mau naik roller coaster.
Sementara distress adalah stress yang sesungguhnya. Kondisi stress ini juga sering disebut stress kronis karena sifatnya yang parah.
Menurut Harvard Health Publishing, stress akut (eustress) biasanya dapat sebabkan seseorang kehilangan nafsu makan, sedangkan stress kronis (distress) memicu peningkatan kadar kortisol. Kondisi ini yang turut membuat keinginan seseorang untuk makan jadi meningkat.
Dr. Leslie menjelaskan ketika seseorang mengalami stress eating, mereka cenderung memilih makan-makanan yang tak sehat. Biasanya makanan yang mengandung banyak lemak, tinggi gula, dan penuh akan kalori.
“Mereka mencari makanan yang dicap buruk, tidak sehat, atau junk food. Kecenderungannya adalah memilih makanan yang biasanya mereka hindari konsumsinya pada hari-hari biasa,” terang Dr. Leslie.
Untuk mengatasinya, Dr. Leslie merekomendasikan 4 cara untuk dapat mengurangi stress eating:
1. Kenali Perasaan
Ketika kamu merasa stress dan ingin makan, Dr. Leslie menyarankan untuk mengenali perasaanmu terlebih dulu. tanyakan pada dirimu: Apa yang kamu pikirkan? Bagaimana perasaanmu? Apakah kamu merasa dikontrol atau dibatasi ketika muncul perasaan ingin makan? Dengan mengenali perasaan diri sendiri, kamu bisa menentukan apa yang sebenarnya kamu inginkan. Apakah makanan dapat menjadi solusinya atau justru mengelola stress?
2. Cari Solusi, Bukan Makan
Saat sedang mengalami stress eating, seseorang sebenarnya tidak membutuhkan makanan, tetapi ada hal lain yang lebih penting. Coba identifikasi kebutuhan itu, alih-alih mengisi kekosongan pada perasaan dengan makan.
“Dalam jangka pendek, jauh lebih mudah untuk menekan apa yang terjadi daripada menghadapinya dengan langsung. Tetapi jika ada masalah yang terjadi dalam hidup Anda, dedikasikan waktu untuk mencoba memecahkan masalah untuk menemukan solusi jangka panjang,” ucap Dr. Leslie.
3. Berhenti Melabeli Makanan Baik dan Buruk
Makanan pada dasarnya tidak ada yang baik ataupun buruk. Ketika berhadapan dengan kondisi stress eating, penting untuk melepaskan label makanan dalam istilah-istilah tersebut. Dr. Leslie menyebutnya “menghilangkan moralitas dari makanan”. Lebih fokus pada usaha menghilangkan stress, bukan justru melabeli makanan-makanan yang ingin dimakan.
4. Kembangkan Keterampilan Atasi Stress
Cara mengurangi stress eating yang paling penting adalah mengembangkan keterampilan atau cara atasi dan mengelola stress. Keterampilan ini juga sangat membantu memberikan alternatif yang lebih sehat untuk stress eating. Dr. Leslie merekomendasikan ambil nafas dalam-dalam, berjalan-jalan, atau melakukan meditasi agar stress eating tersebut dapat dihilangkan.