Gejala COVID-19 varian Omicron ternyata ada yang muncul di malam hari. Ciri-ciri ini mulanya diidentifikasi seorang dokter umum Uben Pilley asal Afrika Selatan di saat kasus Omicron pertama kali merebak. Selain mengeluhkan gejala COVID-19 yang umum seperti batuk, pilek dan sakit tenggorokan, pasien Omicron juga mengeluarkan keringat yang begitu banyak di malam hari, dan diikuti dengan batuk kering sampai nyeri tubuh.
Dokter meminta orang-orang mewaspadai jika ada keluhan keringat yang berlebih di malam hari sebagai pertanda Omicron. Beberapa kasus bahkan sampai membuat tempat tidur bisa menjadi basah kuyup karea keringat itu.
Seorang dokter asal Inggris, dr Amir Khan, juga mengungkap bahwa banyak pasien yang mengeluhkan gejala berkeringat di malam hari. Saat gejala muncul, pasien tentu menjadi kesulitan saat tidur.
“Keringat malam yang basah kuyup, di mana Anda mungkin harus bangun dan berganti pakaian,” jelas dr Khan.
Kabar baiknya, dokter Pilley mengatakan bahwa orang yang sudah divaksinasi booster cenderung memiliki gejala COVID-19 yang lebih ringan dari pada orang yang belum lengkap. Data awal menunjukkan bahwa suntikan booster terhadap COVID-19 memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit tersebut. Belakangan juga muncul kekhawatiran ‘anak Omicron’ yaitu BA.2 yang diyakini lebih cepat menular dan berisiko gejala yang lebih berat.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sampai sekarang memastikan varian BA.2 tersebut kemungkinan memiliki karakteristik yang sama dengan varian Omicron awal.
“Kita tahu bahwa virus ini menyebar ke bagian tubuh yang berbeda. Ada kemungkinan Omicron atau varian lain menyerang usus, dan tidak akan terlihat di hidung, jadi bisa terkena infeksi usus namun tidak terlihat positif ,” ujar profesor Tim Spector kepada The Sun.