Mengatur jarak kehamilan ideal sangat penting untuk dilakukan oleh keluarga sekaligus untuk menjaga kesehatan Ibu dan juga calon buah hati.
Karena itulah, sangat penting bagi orangtua untuk mengetahui berapa lama jarak kehamilan yang baik menurut pertimbangan kesehatan.
Simak penjelasan lamanya jarak kehamilan ideal, risiko jarak kehamilan terlalu dekat atau jauh, serta menjaga jarak kehamilan berikut ini.
Berapa lama jarak kehamilan yang baik?
Ada beberapa versi jarak kehamilan yang ideal, namun secara umum prinsipnya yang bagus itu adalah yang tidak terlalu dekat atau juga tidak terlalu jauh dari waktu melahirkan sebelumnya.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, jarak kehamilan yang baik idealnya adalah antara 18 bulan sampai 24 bulan dari persalinan yang sebelumnya.
Di indonesia, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menyarankan agar jarak kehamilan yang baik idealnya adalah tiga tahun dari persalinan yang sebelumnya.
Dilansir dari Antara, Senin (4/7/2022), mengatur jarak kehamilan sangat penting dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya stunting, mengoptimalkan tumbuh kembang anak, serta memberikan kesempatan pemulihan untuk fisik dan mental ibu dari persalinan yang telah dijalani sebelumnya.
Namun, lamanya jarak ideal tersebut tidak berlaku bagi ibu yang berencana hamil lagi setelah usianya mencapai 35 tahun.
Dikutip dari BBC, studi membuktikan bahwa ibu yang umurnya di atas 35 tahun apabila ingin hamil lagi maka tidak perlu menunggu 1,5 tahun untuk hamil lagi.
Jarak kehamilan yang baik khusus bagi ibu di atas 35 tahun bisa dipersingkat menjadi minimal setahun dari kelahiran sebelumnya. Tujuannya adalah untuk meminimalkan risiko kehamilan di atas 35 tahun.
Sementara bagi ibu yang pernah mengalami keguguran, jarak kehamilan yang ideal itu kembali ke orangtua tergantung keputusan pasangan. Yang Harus dilakukan adalah untuk mempertimbangkan kesiapan fisik dan mental sebelum berencana program hamil lagi.
Risiko jarak kehamilan terlalu dekat
Terlepas dari adanya beberapa versi jarak kehamilan yang baik, ada sejumlah risiko jarak kehamilan terlalu dekat yang wajib diwaspadai.
Dilansir dari MayoClinic, jika jarak kehamilan kurang dari enam bulan dari persalinan sebelumnya maka bisa meningkatkan risiko:
- Bayi lahir prematur
- Bayi lahir dengan berat badan rendah
- Bayi lahir dengan kelainan bawaan
- Bayi lahir dengan autisme
- Komplikasi persalinan solusio plasenta atau sebagian plasenta terlepas dari dinding rahim sebelum terjadinya kelahiran
- Masalah kesehahatan mental skizofrenia
- Anemia pada ibu hamil
Perlu dipertimbangkan sebelum perencanaan keluarga, jarak kehamilan terlalu dekat membuat ibu belum benar-brenar pulih dari kehamilan dan persalinan sebelumnya.
Misalnya, jiak selang waktunya hanya enam bulan biasanya ibu masih menyusui sehingga cadangan nutrisinya sebagian besar tercurahkan ke ASI. Apabila seorang ibu hamil dalam periode ini, ibu dan janin di dalam kandungan bisa jadi kekurangan nutrisi.
Risiko jarak kehamilan terlalu jauh
Jika risiko jarak kehamilan terlalu dekat bisa berbahaya untuk ibu hamil dan bayi yang akan dilahirkannya, namun sebaliknya jika jarak kehamilan terlalu jauh yakni lebih dari lima tahun juga ada risikonya. Berikut ini beberapa di antaranya:
- Preeklamsia pada ibu hamil yang sebelumnya belum pernah mengalami komplikasi kehamilan ini
- Kapasitas rahim untuk menunjang tumbuh kembang janin di dalam kandungan sudah mulai menurun
Selain risiko yang sudah diberikan di atas, pertimbangkan juga faktor usia ibu hamil 35 tahun ketika jarak kehamilan terlalu jauh dari persalinan sebelumnya.
Untuk meminimalkan risiko jarak kehamilan terlalu dekat atau bahkan terlalu jauh, ibu sehat tanpa masalah kesehatan tertentu sebaiknya mempertimbangkan jarak kehamilan yang baik dan aman antara 18 bulan atau kurang dari lima tahun, asalkan usia ibu masih di bawah 35 tahun.
Bila perlu atau pada ada kondisi tertentu, ibu jangan sungkan mengonsultasikan ke dokter kandungan yang biasanya menangani. Cara yang bisa dilakukan untuk menjaga jarak kehamilan yaitu bisa dengan program KB; baik dengan kondom, pil, KB suntik, implan, atau alat kontrasepsi dalam rahim.