Dalam beberapa hari terakhir, warga di sekitaran Jabodetabek merasakan cuaca lain dari sebelumnya bahkan gerah meskipun sudah malam hari. Kondisi ini ternyata dimanfaatkan orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi bohong tentang “gelombang panas di Indonesia” lewat pesan berantai di WhatsApp.
Dalam pesan berantai yang beredar di berbagai media sosial dan WhatsApp, disebutkan bahwa cuaca panas yang dirasakan warga dalam beberapa minggu terakhir adalah dampak dari gelombang panas yang tengah melanda wilayah Indonesia.
Disebutkan juga bahwa cuaca yang sangat panas di sejumlah wilayah di Indonesia, menyebabkan suhu pada siang hari dapat mencapai 40 derajat celcius. Warga juga dianjurkan untuk mengindari minum es atau air dingin.
Jangan Khawatir, informasi ini hoax atau palsu belaka. Pesan berantai tentang “gelombang panas di Indonesia” bukan pertama kali ini saja muncul. Informasi ini sering beredar ketika cuaca di Indonesia terasa panas.
Oktober tahun 2021, ketika situasi serupa terjadi, pesan ini juga diketahui sempat menghebohkan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat itu telah mengonfirmasi bahwa informasi tersebut tidaklah benar dan meminta masyarakat untuk tidak panik.
Penyebab Suhu Panas Sepekan terakhir
Penyebab suhu panas yang menyelimuti wilayah Jabodetabek dalam sepekan terakhir, disebutkan BMKG adalah karena Indonesia sekarang ini sedang memasuki musim pancaroba atau masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Tidak hanya terjadi di wilayah Jabodetabek, musim pancaroba juga terjadi di bagian besar wilayah Indonesia terutama wilayah Jawa-Bali-Nusa Tenggara dan wilayah Indonesia yang berada di bagian selatan ekuator pada periode April-Mei. Sedangkan sebagian lainnya masih ada yang mengalami musim hujan.
“Umumnya, pada periode pancaroba atau menjelang musim kemarau, kondisi cuaca terutama pada pagi hari didominasi dengan kondisi cuaca cerah dan tingkat awan yang sangat rendah dapat menyebabkan terjadi suhu yang cukup panas dan terik pada siang hari dengan potensi hujan yang disertai kilat/petir,” jelas koordinator Bidang Cuaca dan Peringatan Dini BMKG Miming Saefudin dikutip dari CNN Indonesia, Senin (9/5/2022).
“Hal ini dapat terjadi karena minimnya tutupan awan di wilayah Jabodetabek pada pagi hari sehingga terjadi pemanasan radiasi Matahari maksimal hingga di permukaan. Lalu pada siang hingga sore hari umumnya akan terbentuk awan-awan dan dapat terjadi hujan,” sambung Miming.
Lebih lanjut dijelaskan Miming, selain disebabkan karena peralihan musim atau pancaroba, fenomena cuaca panas yang terjadi belakangan di beberapa wilayah terakhir juga disebabkan oleh posisi Matahari yang telah berada ke bagian utara ekuator.
“Atau tepatnya disekitar lintang 14 derajat dan masih bergerak ke utara hingga Juni mendatang yang mengindikasikan bahwa puncak musim kemarau mulai berlangsung di wilayah Indonesia secara umum,” pungkasnya.
“Suhu maksimum per hari kemarin ada yang terukur hingga 35-36 derajat Celcius,” tutup Miming.
Selain wilayah Jakarta, wilayah yang saat ini sedang mengalami pancaroba adalah Pulau Jawa-Bali hingga Nusa Tenggara. Wilayah-wilayah tersebut diperkirakan memiliki kondisi cuaca cerah pada siang disertai suhu yang cukup terik pada siang hari sehingga diharapkan agar tetap waspada. Secara umum kondisi cuaca panas tersebut dapat terjadi sampai pertengahan bulan Mei.