Kasus COVID-19 global saat ini sudah mulai mereda. Banyak negara sudah mulai melakukan masa transisi yaitu dari pandemi menuju endemi.
Seiring meredanya pandemi itu, kondisi perekonomian juga mulai memasuki masa pemulihan. Namun meskipun ada yang bilangsudah pulih, akan tetapi masih ada berbagai risiko yang mengintai. Misalnya ada krisis energi, krisis pangan dan krisis keuangan yang ada di seluruh dunia. Ada ancaman krisis di atas krisis.
“Krisis di atas krisis. Seluruh dunia sedang mengalami cobaan yang berat,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Paripurna DPR, Selasa (31/5/2022) kemarin.
Sri Mulyani juga menyebutkan jika saat ini seluruh dunia masih berupaya untuk mengatasi Covid-19 dengan berbagai strategi yang mereka dilakukan.
Di Indonesia, pemerintah terus berupaya untuk bekerja sama dan mengambil kebijakan yang cepat untuk menghadapi krisis pandemi yang sebelumnya belum pernah dialami oleh Indonesia.
Sebelumnya Sri Mulyani juga menyampaikan untuk mengantisipasi risiko global dalam menghadapi tiga potensi krisis. Sekretariat Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan telah membentuk Global Crisis Response Group (GCRG) yang mengidentifikasi tiga potensi krisis tersebut.
“Krisis seperti ini, sama seperti pandemi Covid-19, tidak mungkin diselesaikan secara individual oleh satu negara mana pun, betapa pun super-power posisi mereka,” terang dia.
Menurutnya kerja sama antar negara-negara di dunia menjadi sebuah keharusan. Indonesia terpilih menjadi bagian dari enam negara-negara champion GCRG tersebut, dan sudah tentu kesempatan ini dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mengusung agenda-agenda kerja sama global yang juga sangat strategis bagi kepentingan perekonomian nasional.
“Dalam forum G20, eskalasi risiko ekonomi global juga telah menjadi salah satu fokus perhatian. Presidensi Indonesia mendorong adanya solusi nyata secara kolektif untuk mengatasi berbagai potensi krisis tersebut,” tutup Sri Mulyani.