Apakah kalian merasakan udara yang gerah akhir-akhir ini, tidak hanya di siang hari bahkan di malam hari? Ini adalah dampak kecil dari kenaikan suhu. Tahukah kalian, kenaikan suhu Bumi walau hanya beberapa derajat saja, maka dampaknya bisa parah dan dapat merusak isi bumi.
Dalam live Eureka!: Bumi Akhir Zaman, Senin (8/8/2022), Siswanto M.Sc, yang merupakan Peneliti Cuaca dan Iklim Ekstrem Badan Meteorologi dan Klimatologi (BMKG) memberikan gambaran bahwa peristiwa kenaikan suhu Bumi seperti kita sedang memasak air.
“Ketika memasak air, kalau kompornya dinaikkan panasnya, maka airnya makin bergejolak. Air ini kan fluida, demikian juga udara kita. Banyak sistem iklim kita itu berupa fluida. Setiap adanya peningkatan suhu udara beberapa celcius, maka akan berimplikasi pada makin intens-nya gejala-gejala cuaca yang terjadi di atmosfer kita,” terang Siswanto.
Dia menyebutkan, di beberapa tempat di dunia menemukan bahwa peningkatan satu derajat Celcius saja suhu udara di permukaan, maka dapat mengakibatkan daya tangkap uap air di udara menjadi meningkat sebesar 7 hingga 14%.
“Artinya awan akan menjadi semakin mudah berkembang, makin menjulang tinggi, hujan yang dihasilkan pun juga semakin ekstrem, demikian juga fenomena-fenomena lain seperti petir, angin kencang, dan lain-lain,” ungkap Siswanto.
Berdasarkan Perjanjian Paris, semua negara diminta untuk menjaga agar suhu tidak naik melebihi dari 1,5 derajat Celcius. Jika suhu meningkat dari yang sudah ditargetkan, Bumi diprediksi bisa mengalami berbagai bencana, mulai dari suhu panas yang ekstrem, suhu dingin ekstrem, kekeringan, kelangkaan air, hingga curah hujan yang tergolong ekstrem.
“Pemanasan global dan perubahan iklim itu nyata bukan hoax dan dia terjadi di sekitar kita, bahkan sudah menyerang kita, masuk ke ranah-ranah lingkungan sekitar kita,” sambung Siswanto mengingatkan.
Ia pun mengajak semua orang untuk melakukan aksi nyata untuk bisa meredam dampak pemanasan global, dimulai dari aksi-aksi kecil menyayangi Bumi yang dimulai dari diri masing-masing orang.
“Jangan sampai kerakusan kita dan eksploitasi kita terhadap Bumi, menjadikan Bumi semakin merana. Yang bisa kita lakukan adalah memberikan jeda pada Bumi untuk beristirahat, mengembalikan kekuatan, memulihkan keterangannya, sehingga gejolak perubahan iklim tidak meningkat tetapi bisa kita redam.” pungkasnya.