Lapisan es Denman di Antartika timur diketahui mencair dengan kecepatan 70,8 miliar ton per tahun, menurut para peneliti dari badan sains nasional Australia. Yang menjadi penyebabnya adalah masuknya air laut yang suhunya semakin menghangat.
Para peneliti Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) yang di pimpin oleh ilmuwan senior Esmee van Wijk, mengatakan jika pengamatan mereka menunjukkan bahwa gletser Denman berpotensi berisiko mundur secara tidak stabil.
Dikutip dari The Guardian, Selasa (18/10/2022) Gletser ini berada di Antartika timur yang terpencil, berada di atas ngarai darat terdalam di Bumi. Lapisan es Denman menampung volume es yang jumlahnya setara dengan kenaikan permukaan air laut setinggi 1,5 m.
Sampai saat ini, diperkirakan Antartika timur tidak akan mengalami kehilangan es yang cepat seperti yang terjadi di barat. Akan tetapi beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa air hangat mencapai bagian benua itu juga.
Para ilmuwan Australia menggunakan pengukuran pelampung profil untuk mencari tahu seberapa banyak air hangat mencapai palung dalam yang membentang di bawah gletser. Mereka berniat mempelajari gletser lain, Totten, tetapi ketika pelampung itu hanyut, ia mendekati Denman.
Peneliti mengumpulkan pengamatan setiap lima hari selama empat bulan lamanya sejak Desember 2020. Dari data itu, mereka membuat perkiraan seberapa cepat air hangat menyebabkan lapisan es, bagian depan gletser yang mengapung di lautan, kemudian mencair.
Mencairnya bagian gletser yang mengambang ternyata tidak menyebabkan menambah kenaikan permukaan laut. Tetapi Stephen Rintoul, seorang rekan CSIRO dan salah satu penulis makalah tersebut, mengatakan ketika lapisan es menjadi lebih tipis atau lebih lemah, hal itu memberikan lebih sedikit resistensi terhadap aliran es dari Antartika menuju ke laut.
“Es yang mengalir dari Antartika ke lautlah yang dapat menaikkan permukaan laut,” katanya.
Rintoul mengatakan, kemiringan mundur di bawah Denman membuatnya berpotensi tidak stabil dan berisiko mundur secara permanen. Dia mengatakan, data yang pertama menggunakan pengukuran yang diambil dari laut, berkontribusi pada pertumbuhan karya ilmiah yang menunjukkan Antartika timur, kemungkinan berkontribusi lebih banyak terhadap kenaikan permukaan laut daripada yang kita duga selama ini.
“Salah satu pesan yang dibawa pulang adalah ketika kita melihat berapa banyak permukaan laut yang akan naik di masa depan, kita perlu memperhitungkan Antartika timur, serta Antartika barat,” bebernya.
Sebagai catatan, para ilmuwan hanya menghitung jumlah massa lapisan es yang hilang setiap tahunnya. Namun, itu tidak termasuk massa yang ditambahkan ke gletser oleh hujan salju.
Penelitian terbaru ysng lain juga menemukan bahwa dengan faktor hujan salju, Denman masih kehilangan sekitar 268 miliar ton es, sekitar 7 miliar ton per tahun, antara 1979 dan 2017.
Rintoul mengatakan para peneliti berharap bisa mengumpulkan data lebih lanjut menggunakan kapal pemecah es baru Australia, RSV Nuyina, sudah dalam perjalanan yang direncanakan akan tiba awal 2025.
Sue Cook, ahli glasiologi lapisan es di University of Tasmania, mengatakan sampai saat ini Antartika timur diperkirakan tidak akan mengalami kehilangan es yang cepat karena air di wilayah itu sebagian besar suhunya dingin.
“Tetapi baru-baru ini kami menyadari bahwa di beberapa lokasi air yang relatif hangat dapat mencapai lapisan es Antartika timur dan makalah ini menegaskan bahwa salah satu lokasi tersebut adalah gletser Denman,” terang Cook.
Dia mengatakan gletser Denman akan menjadi fokus penelitian untuk program Antartika Australia di tahun-tahun yang akan datang, yang akan meningkatkan pengetahuan ilmiah tentang wilayah tersebut.
“Gletser Denman berada di wilayah yang sangat terpencil di Antartika timur, yang secara historis sulit diakses, jadi sangat fantastis untuk melihat pengamatan langsung dari wilayah ini,” ucap Cook.
“Mereka dapat memberi tahu kami banyak hal tentang keadaan pada lapisan es saat ini dan bagaimana hal ini mungkin akan berubah,” tutupnya.