Keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait pencalonan Presiden dan wakil Presiden tampaknya belum senada dengan sikap partai politiknya yaitu PDI-Perjuangan.
Walaupun sudah berulang kali tampak berbincang empat mata bersama Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri, namun keduanya belum terlihat menemukan titik kesepakatan soal nama calon yang akan mereka usung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Keduanya diketahui sempat berbincang pada 7 Juli 2022 di Istana Negara, sebelum Jokowi melantik Dewan Pengarah, Kepala, dan Wakil Kepala BPIP untuk periode 2022-2027 pada Selasa siang.
Setelah acara itu kemudian Jokowi dan Megawati bertemu lagi untuk berbincang selama kurang-lebih 2 jam di Batutulis, Bogor, Jawa Barat, (8/10/2022).
Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan pada saat itu keduanya membahas tentang kesinambungan kepemimpinan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 saat itu.
Yang terbaru, Jokowi berharap kepada semua partai politik yang telah memenuhi syarat untuk tidak berlama-lama dalam menentukan nama capres-cawapres untuk kontestasi elektoral mendatang.
“Yang paling penting kalau saya ya… Memang harus hati-hati dalam memutuskan nama calon, tapi juga jangan terlalu lama, sehingga rakyat nantinya bisa menilai,” tegas Jokowi dalam sebuah wawancara khusus, Sabtu (5/11/2022).
Komentar Megawati
Ketua DPP PDI-P Eriko Sotarduga menyatakan, Ibu Mega memiliki pandangannya sendiri soal kapan waktu yang tepat untuk deklarasi capres-cawapres.
Eriko sendiri menceritakan bahwa diridypernah mengajukan pertanyaan pada putri Bung Karno itu soal alasan PDI-P hingga saat ini tidak kunjung mendeklarasikan nama capres-cawapresnya. Padahal, partai berlambang banteng moncong putih itu merupakan menjadi satu-satunya parpol di Indonesia yang bisa mengusung capres-cawapresnya sendiri, tanpa harus berkoalisi dengan parpol yang lain.
Akan tetapi saat itu, Megawati justru bertanya balik kepada Eriko soal kesiapan para kader PDI-P di Tanah Air.
“Saya sampaikan ke Ibu Ketua Umum, ‘Bu, kenapa kita tidak segera deklarasi? Padahal bisa maju dengan sendirinya’,” ucap Eriko di Hotel Morissey, Jakarta Pusat, Minggu (6/11/2022).
“Dan beliau (Megawati) menyampaikan seperti ini, ‘deklarasi kapan saja bisa dilakukan. Memutuskan kapan saja bisa. Tapi apakah kita sudah siap?’,” kenang nya.
Eriko memandang Megawati telah menyadari bahwa belum semua wilayah Indonesia dikuasai oleh PDI-P.
“Memang bukan hanya menang saja. Katakan hanya dengan empat, lima wilayah bisa menang, bukan begitu. Indonesia adalah Indonesia, bukan ada yang mendominasi. Nah itu yang kini sedang kami kerjakan. Kenapa hingga sekarang PDIP tidak ingin terburu-buru untuk menyampaikan hal ini,” ungkapnya.
Tak tahu siapa capres-cawapres jagoan Jokowi
Eriko pun mengaku dirinyaya tidak mengetahui figur capres-cawapres yang diinginkan Jokowi.
Akan tetapi, ia sepakat bahwa pemimpin bangsa yang nanti akan menjadi Presiden masa depan mesti menguasai ekonomi makro dan mikro sesuai dengan kriteria yang disampaikan oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
“Tapi, apakah itu menuju ke satu seseorang, coba tanyakan dengan beliau langsung,” tegasnya.
Adapun Jokowi pun menuturkan figur capres-cawapres yang nantinya dipilih juga harus bekerja secara detail, menguasai data, dan cepat dalam mengambil keputusan.
Hal itu sangat penting , karena tantangan bagi Bangsa Indonesia di masa depan akan lebih berat dari sebelumnya.
“Karena situasinya situasi yang tidak normal,” tandasnya.
Jokowi dinilai ingin Ganjar jadi Capres
Analisis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto menilai bahwa berbagai kriteria capres menurut Jokowi mengerucut pada satu nama yaitu Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Pertama, Jokowi meminta pemimpin Indonesia di masa depan diharapkan punya jam terbang tinggi. Arif menyebut kriteria itu dimiliki oleh Ganjar seorang yang sudah menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode.
Kedua, publik melihat personifikasi antar tokoh politik, dan Ganjar digambarkan punya banyak kesamaan dengan Presiden Jokowi.
“Yang dipersonifikasi sebagai (Jokowi-Ganjar) cenderung egaliter ya. Itu image ya. Saya tidak mengatakan itu sungguh-sungguh ya. Political images kan sebagai buku tanda bagi politikus,” pungkas Arif.
Terakhir, Ganjar Pranowo dan Joko Widodo berasal dari Parpol yang sama Yaitu PDI-P.