Anak Pertama dari Presiden RI yang pertama Soekarno, Guntur Soekarno Putra ternyara tidak mau masuk Partai Politik mengikuti ayahnya serta saudara-saudaranya yang lain. Hal ini sungguh menarik untuk diulas karena selama ini ia dikelilingi oleh orang-orang yang berkecimpung di duna Politik.
Terkait hal tersebut akhirnya Guntur memberikan alasannya mengapa tidak mau masuk partai politik yaitu dikarenakan rencana untuk mengadakan fusi partai pada saat zaman orde baru. Kala itu, Guntur kebetulan menjadi juru kampanye nasional (jurkamnas) dari PNI-Front Marhaenis. Guntur mengaku saat itu dirinya tidak setuju dengan adanya fusi.
“Tapi saya sudah mengatakan begitu, masih tetap saja enggak berani. Kemudian, saya mengatakan ‘kalau begitu saya tidak ikut gabung. Saya tidak akan gabung ke partai mana pun, termasuk PDI’. Sampai sekarang pun setelah berubah menjadi PDI Perjuangan (PDIP), saya tetap berada di luar,” ungkap Guntur yang di lansir dari Podcast “Apa Adanya” yang ditayangkan di kanal YouTube B1.
Hal inilah yang membuatnya hanya ingin menyalurkan seluruh aspirasinya pada tulisan maupun pada artikel.
“Bukan berarti saya tidak berpolitik. Yang betul adalah saya tidak masuk partai politik dan saya menyalurkan aspirasi politik melalui tulisan, artikel, pidato, dan yang lain sebagainya,” jelas Guntur.
Sebelumnya, Soekarno diketahui memberikan pesan perpisahan kepada anak tertuanya itu. Berikut ini adalah isi pesan tersebut.
“Tok, engkau adalah anak sulung Putra Sang Fajar. Sebab, bapakmu dilahirkan pada waktu fajar menyingsing. Fajar 6 Juni yang sedang merekah di ujung timur. Dan engkau yang lahir di tahun keberanian, juga saat menjelang fajar tanggal 3 November pada saat mana hegemoni kekuasaaan Jepang semakin suram sinarnya,”
Seperti halnya bapakmu ini, engkau pun pantas menyambut terbitnya matahari. Jadilah manusia yang pantas menyambut terbitnya matahari. Ingat, yang pantas menyambut terbitnya matahari itu hanya manusia-manusia abdi Tuhan, manusia-manusia yang bermanfaat. Karena itu jangan menjadi cengeng! Buktikan kepada setiap orang yang menatapmu bahwa engkau memang pantas menjadi anak sulung Soekarno.”
Ekspresi sikap Guntur usai meninggalnya Bung Karno, baginya adalah sikap terbaik. Termasuk sikap dirinya yang akhirnya tidak memilih untuk terjun ke dunia perpolitikan Indonesia.
Berkat sikap Guntur itulah kemudian ia dan adik-adiknya yang lain, relatif dapat bertahan hidup di rezim berikutnya yaitu rezim Soeharto, sebuah rezim yang telah menggulingkan kepemimpinan bapaknya, tidak hanya dilengserkan dari jabatan tetapi ia juga dikungkung di Wisma Yaso, tanpa bacaan, tanpa teman, serta tanpa keluarga.