Basis massa pengikut Nahdlatul Ulama (NU), Nahdliyin, disebut-sebut akan menjadi salah satu fokus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam mengerek perolehan suara pada pemilihan legislatif yang akan datang.
Berkaca pada pengalaman 5 tahun yang lalu, PPP berhasil lolos ke parlemen dengan perolehan suara 4,52 persen, beda tipis dari ambang batas yang ditentukan yaitu minimum 4 persen.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Achmad Baidowi, menyadari bahwa Partainya perlu memiliki terobosan untuk lebih meningkatkan pencapaian itu.
“Ada harapan besar (pada Nahdliyin) dibandingkan yang lalu. Karena, PBNU (Pengurus Besar NU) tidak lagi mengidentikkan diri dengan partai tertentu,” kata Baidowi, Rabu (20/4/2022).
Partai lain yang selama ini selalu diidentikkan dengan PBNU adalah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang dipimpin oleh Muhaimin Iskandar. Selain karena alasan Cak Imin merupakan cicit dari pendiri NU seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus).
Saat NU masih terjun di politik praktis sebagai sebuah partai, NU sempat dilebur oleh Soeharto dalam tubuh PPP sebagai fusi partai-partai Islam.
Di sisi lain, semenjak kursi Ketua Umum PBNU diisi oleh Yahya Cholil Staquf pada akhir tahun 2021, Gus Yahya sudah menegaskan bahwa PBNU akan mengambil sikap yaitu akan menjaga jarak dengan seluruh partai politik, termasuk PKB.
Bahkan, adanya dukungan politik yang dilakukan oleh pengurus NU di tingkat kota dan kecamatan di daerah Jawa Timur terhadap Muhaimin, berujung sanksi dari Gus Yahya.
Dengan renggangnya hubungan antara PBNU dengan PKB disebut dapat menjadi celah untuk masuknya PPP yang sebetulnya juga punya kedekatan sejarah dengan Nahdliyin.
“Semoga dengan terbukanya sikap PBNU, PPP, dapat barokahnya,” ucap Baidowi.