Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut, dengan mencalonkan Anies Baswedan sebagai presiden untuk Pemilu 2024 maka akan memberikan dampak bagi Partai Nasdem itu sendiri, ada keuntungan sekaligus kerugian buat Partai besutan Surya Paloh tersebut.
Dia memberikan prediksinya, suara Nasdem di sebagian daerah di Jawa akan menjadi melemah. Namun, diperkirakan, partai yang didirikan pada November 2011 itu akan mendapat suara lebih di beberapa wilayah Sumatera hingga Kalimantan.
Besar kecilnya suara yang akan diperoleh Nasdem tersebut akan sangat bergantung pada basis massa Anies Baswedan.
“Kalau kita melihat basis massanya Anies, ada kecenderungan Nasdem akan melemah di Jawa Tengah, di Jawa Timur, di daerh-daerah minoritas di Bali, NTT, Sulawesi Utara,” ungkap Yunarto, Kamis (13/10/2022).
“Tapi mungkin akan punya potensi untuk menguat di Sumatera dan Kalimantan,” sambung dia.
Masih menurut Yunarto, di awal pendeklarasian, massa Nasdem akan cukup terkejut dengan keputusan yang diambil partai tersebut untuk mengusung Anies sebagai capres.
Itu Karena, pemilih Nasdem selama ini umumnya pendukung Presiden Joko Widodo yang notabene juga sama berasal dari partai nasionalis. Citra itu diketahui berseberangan dengan persona Anies yang selama ini lebih banyak di pilih oleh basis massa yang religius.
“Jadi di awal-awal mungkin ada sebagian segmen pemilih yang lari,” jelas Yunarto.
Namun, menurut Yunarto, dinamika politik tersebut pasti sudah diperkirakan oleh Surya Paloh sebagai ketua umum. Oleh karenanya, Nasdem memutuskan untuk melaksanakan pendeklarasian pencalonan Anies lebih awal.
Nasdem berharap, partai tersebut punya lebih banyak waktu untuk menggaet ceruk-ceruk pemilih baru.
“Tapi dengan sisa waktu masih satu tahun lebih dan menurut saya itu strategi yang disengaja mungkin dilakukan oleh Bang Surya Paloh dengan Partai Nasdem ketika mereka bilang segmen tertentu, mereka masih punya waktu untuk membangun segmen baru itu,” ucap dia.
Perihal coat-tail effect atau efek ekor jas yang mungkin diterima Nasdem dari pencalonan Anies, Yunarto mengatakan bergantung dari partai mana saja yang menjadi akan menjadi koalisi serta siapa calon wakil presiden (cawapres) yang diusung untuk mendampingi Anies.
Seandainya Partai Nasdem sepakat berkoalisi dengan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), maka akan diperkirakan PKS mendapat efek ekor jas yang lebih banyak. Karena, massa PKS dan Anies merupakan sama-sama berasal dari kalangan religius.
Sementara itu, jika Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) nantinya dipilih sebagai cawapresnya Anies, maka efek ekor jas terbesar akan didulang oleh Partai Demokrat.
Dengan demikian, Nasdem justru tidak akan banyak mendapat efek ekor jas dari pencalonan Anies sebagai capres.
“Itu yang menyebabkan Bang Surya Paloh mengambil keputusannya jauh-jauh hari yang telah mengagetkan banyak pihak, karena mungkin ia menyadari bahwa waktu yang dibutuhkan harus cukup panjang untuk kemudian menetralisir sebagian basis massa yang hilang dan mendapatkan segmen baru,” beber Yunarto.
Sebagaimana diketahui, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dideklarasikan sebagai capres Partai Nasdem pada Senin (3/10/2022) kemarin.
Anies dipilih sebagai satu dari tiga bakal capres yang digadang-gadang oleh partai besutan Surya Paloh itu. Selain Anies Baswedan, Nasdem semula juga menjagokan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.
“Kenapa Anies Baswedan? Jawabannya adalah why not the best? (mengapa tidak yang terbaik?),” ucap Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Nasdem Tower, Jakarta Pusat, Senin (3/10/2022).
Meski mengusung nama Anies, Nasdem tak mewajibkan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) tersebut untuk bergabung menjadi kader partai Nasdem. Anies juga diberi kebebasan untuk memilih calon wakil presidennya sendiri.
Perihal koalisi, Nasdem sudah sejak lama membangun komunikasi dengan Partai Demokrat dan PKS. Namun, hingga saat ini kerja sama di antara ketiga partai tersebut belum juga diresmikan.